Pasaman Barat merupakan daerah multi
etnis. Banyak suku atau etnis yang menetap di daerah ini, mereka ada yang
berdarah asli minang, Jawa dan Mandaheling. Perbedaan adat dan budaya tidak
membuat tanah yang subur tanaman sawit ini hambar akan adat dan tradisi.
Kerukunanan dalam hidup bermasyarakat pun dilihatkan oleh masyarakat yang
heterogen ini. Tempat ini juga menyuguhkan sejumlah objek wisata mulai dari
wisata bahari di kawasan kecematan kinali, pantai sasak di kecamatan sasak
ranah pasisia, pantai sikilang di
kecamatan sungai aua, pantai sikabu di
parit koto balinka, pantai aia bangih dan pulau panjang di kecamatan sungai
beremas. Selain itu objek wisata religi dan adat pun disuguhi di tempat ini.
Tradisi Manjalang Buya Lubuak landua
(manjalang disini dimaksudkan dengan pergi ketempat buya untuk
bersilaturahmi dengan Buya ) dan legenda Kuburan Duo menjadi warna dalam
tradisi sekelompok masyarakat pasaman barat.
Tradisi yang menjadi sorotan utama bagi masyarakat adalah Manjalang Buya Lubuak
Landua. Buya lubuak landua adalah nama panggilan untuk seorang tokoh agama yang
berpengaruh besar terhadap perkembangan agama islam di Pasaman Barat. Buya
lubuak landua yang memiliki nama asli syeh Muhammad Bashir pada tahun 1852
mendirikan sebuah surau ( musola ) yang bertempat di jorong Lubuak landua.
Surau tersebut dijadikan oleh pengikut Buya lubuak landua sebagai tempat
beribadah dan untuk melakukan suluak (semacam
kegiatan kerohanian umat islam setempat untuk beribadah kepada ALLAH SWT agar
lebih khusuk selama beberapa hari di surau ).
Bertepatan dengan pendirian surau, disisi
surau juga terdapat sebuah sungai yang pada hari sama dijadikan sebagai
lubuak yang bersikan ikan. Dimana menurut kabar ikan tersebut diberi uduah ( semacam larangan), dahulu masyarakat meyakini uduah itu berlaku dan tidak ada yang berani untuk memancing apa
lagi memakan ikan yang terlarang itu.
Jika ada salah seorang masyarakat yang memakan ikan tersebut maka akan
menimbulkan malapetaka bagi yang melakukannya.
Setelah buya meninggal pada usia ke 122
tempat ini tetap dikunjungi. Tempat ini dijadikan sebagai wisata ziarah, ini
dilakukan oleh masyarakat pengikut buya dan masyarakat luar daerah. Ziarah ini
dilkukan pada hari ke enam pasca lebaran. Biasanya orang tua mengajak anggota
keluarga nya untuk berkunjung terutama anak-anak mereka. Karena sungai yang
berisikan ikan tersebut sangat banyak terdapat batu batu besar dan pinggir
sungai juga tidak dalam sehingga para pengunjung terutama anak anak sangat
senang mandi ditempat ini ditambah dengan para pedagang yang berjejer ditepi
sungai. Kebanyakan pengunjung mengaku
penasaran dengan surau tua yang masih bediriri kokoh hingga saat ini. Selain
itu setiap tahunnya tempat ini memang ramai dikunjungi karena telah menjadi
tempat wisata pasca lebaran.
Dimakam buya ini juga terdapat air yang
berada di dalam wadah kulit lokan besar, air ini juga menjadi alasan para
wisatawan utuk berkunjung ketempat ini. Banyak yang menyebutkan bahwa bagi yang
datang untuk manjalang buya dan mengambil air ini untuk diminum atu ditetesi ke
mata maka dapat menentramkan jiwa dan dikabulkan do’a nya.
Buya lubuak landua (Syeh muhammad bashir )
wafat pada usia 122 tahun, kepemimpinan beliah diwariskan kepada Syeh Muhammad Amin yang dikenal dengan
nama Buya lubuak landua II, wafatnya Syeh Amin pada tahun 1927 digantikan oleh
Syeh abdul majid dengan gelar Buya lubuak landua III.Syech Abdul Majid meninggal pada tahun 1984,setelah memimpin surau
lubuak landua selama 57 tahun. Selanjutnya digantikan oleh Syec Abdul Jabbar, dikenal dengan
sebutan Buya Lubuak Landua IV,Syech
Abdul Jabbar wafat pada tahun 1997, selanjutnya kepemimpinan dilanjutkan Syech
Bahri dengan sebutan Buya Lubuak Landua V.
Blogger Comment
Facebook Comment