Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dalam Presepsi Mahasiswa

*Lita Mailani


Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau disebut juga pasar tunggal negara-negara anggota ASEAN dalam hitungan 11 bulan yang akan datang resmi akan diberlakukan. MEA sebelumnya hadir dari kesepakatan para pemegang kekuasaan negara anggota ASEAN  melaluli KTT ke 13 ASEAN di Singapura pada tanggal 18-22 November 2007.  Dan resmi akan diberlakukan pada  Desember 2015. (Foto :IST)

Pasar bebas sederhanya adalah bentuk perdagangan tanpa batas dengan tidak ada lagi hambatan untuk Import dan Eksport. Tidak hanya dalam produk saja, berdasarkan informasi bahwa MEA akan me-legal kan para ilmuan dan semua profesi di Indonesia untuk bersaing dengan ilmuan dan profesi di negara ASEAN. Juga masyarakat memiliki kesempatan lebih besar untuk akses pekerjaan di negara lain. Simple-nya nanti bisa saja kita dapat menjumpai dokter  Singapura yang melayani kita di rumah sakit yang ada di Indonesia begitu juga sebaliknya.

Kedatangan MEA nantinya akan menjadi warna baru dalam perekonomian Indonesia. Dengan sudah diterapkan MEA nanti, hal ini tentunya dapat menjadi peluang dan bahkan sebaliknya bisa menjadi hambatan bagi indonesia. Kita bisa saja optimis dapat menjadikan ini peluang. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah apa yang sudah kita persiapkan dan seberapa siapkah kita untuk menjalankannya. Ketika peluang tidak termanfaatkan maka hambatanlah yang akan kita hadapi.

Berbicara tentang peluang bagi indonesia dengan hadirnya MEA, hal ini tentu jelas bisa di jadikan peluang. Salah satu peluang MEA ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa. Pasal nya setelah mahasiswa tamat nanti, mereka dapat lebih luas mengakses pekerjaan. Mahasiswa juga dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat di tempat lain di luar Indonesia.

MEA harusnya menjadi PR bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya mereka yang berada di Ibu Kota saja. Masyarakat yang berada di Provinsi, kabupaten pun harus memahami dan mempersiapkan diri. Salah satu yang juga penting untuk bersiap adalah mahasiswa. Mahasiswa sebagai kaum intelektual dapat lebih memahami dan mempersiapkan strategi dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Hari ini, saya berimajiasi bahwa penduduk setiap negara masih berada dalam satu  kotak atau negara mereka sendiri. Tengah  mempersiapkan apa saja yang di butuhkan oleh negara yang akan mereka tuju. Terdapat sepuluh kotak yang melambangkan sepuluh negara yang menyepakati untuk hadirnya MEA. Hingga datang waktunya,  maka ketika kotak itu dibuka dengan pintu gerbang yang begitu lebar, dengan artian gerbang itu mempersilahkan untuk masuk dan keluar bagi siapa saja yang berkepentingan. Maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama mereka yang sudah mempersiapkan diri dan sudah memiliki tujuan maka pintu gerbang itu pun jadi peluang keberhasilan. Namun bagi mereka yang masih ragu, maka itu menjadi sebuah hambatan untuk bersaing, dan akhirnya mereka menjadi penonton dalam kotak tersebut. Ketika kita berada pada kondisi yang ke-2 maka bersiaplah kembali untuk dijajah dinegara sendiri.

Tanah surga ini jangan kita biarkan menjadi gersang tanpa perawatan. Kita tidak dapat menyalahkan para pimpinan negara dalam mengambil keputusan saja. Hadirnya kaum intelektual yang didambakan semoga dapat menjadi pemerhati bangsa. Mahasiswa sebagai intelektual di impikan oleh mereka yang menaruh harapan besar agar dapat menjaga bumi pertiwi ini. Namun hari ini tidak seperti apa yang di agungkan. Di zaman yang High-Technology sekarang, Indonesia tidak dapat menjamin semua warganya tahu akan isu global.

Warga Indonesia yang jumlahnya hampir mencapai 260 juta jiwa, tidak semuanya dapat mengenyam pendidikan. Jadi wajar ketika mereka tidak dapat mengakses isu global. Tapi hal ini sangat disayangkan jikalau terjadi pada mahasiswa, kenapa tidak mahasiswa sebagai kaum intelektual memiliki kesempatan untuk belajar dan mengakses dunia. Namun tidak semua kesempatan ini termanfaatkan oleh mahasiswa. Status mahasiswa hanya akan menjadi spanduk besar ditengah masyarakat agar masyarakat dapat memandang baik.

 Detik- detik menuju diterapkannya MEA, tidak ada yang dapat menjamin semua mahasiswa tahu, memahami dan mempunyai strategi dalam menghadapi MEA yang menjadi isu global negara ASEAN bahkan dunia. Hal ini mungkin saja disebabkan karena persepsi mahasiswa,  yang merasa hadir atau tidaknya MEA tidak akan berpengaruh terhadap dirinya. Hal ini semoga saja tidak luas jangkauan nya. Meskipun hari ini kita masih belum siap untuk menerima tamu di negara kita, setidaknya kita tahu siapa dan bagaimana sikap  tamu yang akan kita jamu. Sehingga pada saatnya nanti kita sudah memahami dan percaya diri untuk bertamu di negara mereka. Mereka bukan tamu biasa, karena bisa saja hal buruk akan terjadi ketika tamu bersikap leluasa.

Persepsi yang ada pada sebagian mahasiswa dapat di netralisir dengan menghilangkan sikap tidak peduli terhadap isu. Sebagai permisalan lakukan lah dari hal yang di anggap paling sederhana yaitu melek akan media dan informasi. Sehingga ketika kita sudah mendapakan informasi dan memahaminya, maka yang akan dilakukan adalah menyusun strategi untuk kemudian dilaksanakan.

SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment
resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut